Selasa, 16 Februari 2016

Seseorang yang Paling Saya Benci Selama Merantau di Timika

Hai, Pembaca, maaf lama gak muncul, hehehe :v ternyata memenuhi janji untuk rutin menulis itu sulit, adaaa aja halangannya. Tapi karena kali ini saya sudah bertekad untuk menulis, maka saya memutuskan untuk menulis :) Apalagi suasana hati saya saat ini sedang jengkel-jengkelnya ! Selamat menyimak :)

Ceritanya memang sudah lama, sudah hampir 6 bulan yg lalu sejak saya menulis ini, tapi ada baiknya saya ceritakan saja. Jadi begini, di tempat kerjaan saya kebetulan datang paman dari teman rekan kerja security kantor. Sebut saja namanya Pak P. Dia kerja di pedalaman dalam sebuah proyek, entah proyek apa. Saat itu bulan September 2015 dia sedang libur kerja dan mampir ke kantor untuk sekedar menyapa teman keponakannya yang bekerja sebagai security di tempat kerja saya, sebut saja Bang E.

Saat itu, saya memiliki cincin batu fosfor. Batu fosfor memang saat itu sedang laris-larisnya di Timika. Karena meski batunya hanya berwarna putih keruh, batunya akan bersinar dalam gelap setelah diberi cahaya misalnya dari senter HP. Yang istimewa dari cincin ini adalah ketika saya sedang memakai cincin saat siang hari lalu jalan-jalan ke luar, cincin akan terkena sinar matahari, dan ketika saya masuk ruangan, cincin akan menyala berwarna biru langit. Satu kata : INDAH ! Batu fosfor tadi diasah Bang E berbentuk persegi dengan ring motif cakar naga. Satu kata : KEREN ! Cincin itu, tak diragukan lagi, adalah cincin kesayangan saya saat itu.

Hal lain yang membuat cincin itu istimewa adalah karena mentahan batunya didapat Bang E secara Gratis-Tis-Tis melalui negosiasi dengan pemilik kios batu akik depan kantor. Saat masih berupa batu mentah, batu tsb dibagi 2 sama besar. Satu bagian saya bawa, bagian lain dibawa teman saya bernama Bang BP yang sudah pindah kerja di Cabang Ambon. Setelah saya memilih ring untuk batu mentah, rekan saya Bang BP tertarik dan kemudian mencari ring dengan motif yang sama, yaitu motif cakar naga. Bang E kemudian memoles sendiri kedua batu milik saya maupun milik Bang BP. Jadilah 2 cincin yang sama :) . Tapi karena ada sedikit retakan pada cincin, saya minta tolong lagi kepada Bang E untuk memperbaiki. Hal inilah yang memperkuat alasan bahwa cincin ini tiada duanya dan merupakan cincin favorit dan penuh kenangan.

Singkat cerita, ketika Pak P berkunjung ke kantor kala itu, dia tertarik dengan cincin saya letakkan di meja dan berniat untuk meminjam. Saat itu saya tidak berpikir macam-macam karena toh dia kenalan teman saya, dan karena dia bilang sendiri bahwa kalau orang pinjam itu pasti dikembalikan. Saya dengan cepat mengiyakan karena dia saat itu sedang minum minuman beralkohol, dan saya benci berurusan terlalu lama dengan orang mabuk, meski saat itu dia dalam kondisi masih sadar. Tapi masalah sebenarnya datang beberapa hari setelahnya. Pak P berangkat bekerja kembali ke pedalaman dengan masih membawa cincin saya. Terang saja saya kaget, saya kira cincin itu hanya dipakai hari itu juga, dan tidak dibawa keluar. Jujur, hati saya saat itu panas sekali. Tapi apa daya, pesawat sudah berangkat. Saya hanya bisa mengeluh dengan Bang E yang hanya bisa mendengar.

Saya bukan kolektor akik (hanya punya 3 termasuk kesayangan), semua cincin saya dapatkan dari Bang E. Saya juga jarang sekali menggunakan cincin akik. Biasanya cincin hanya saya letakkan di meja kerja di ruang tengah dan hanya saya pakai kalau ada acara tertentu saja, itupun hanya pakai 1 saja. Oleh karena itu saya tidak menyadari ketika cincin saya belum dikembalikan pada tempatnya. Nasi telah menjadi bubur, saya hanya bisa pasrah sambil menunggu kedatangan Pak P ke Timika kembali mengembalikan cincin kesayangan.

Singkat cerita Pak P pulang ke Timika (saya lupa kapan persisnya, mungkin November). Setelah saya tanyakan, bukan cincin yang saya dapat, tapi sebuah alasan : cincin saya hilang, dicuri katanya. Saat saya diberitahukan hal ini saya kaget, sekaligus kecewa. Tapi apa hendak dikata, bubur telah basi. Pak P bilang mau mengganti. Tapi ketika saya tanya di tempat batu akik, batu fosfor lagi kosong, kalaupun ada sudah diasah, bukan bongkahan.

Beberapa hari kemudian Pak P bertemu dengan saya. Minta tolong dicarikan laptop di jawa. Saya dimintai tolong untuk mencari laptop, tapi nanti saya yang bayar dulu, baru diganti kalau barangnya sudah sampai disini. HEI ! Dalam hati saya marah sekali. Sempat saya singgung masalah cincin saya saat itu dan dengan ekspresi meragukan katanya cincinnya ada dibawa temannya (WHAAT ?). Entah apakah ini benar atau tidak, saya tidak tau. Jujur saja, sejak cincin saya hilang, bertemu mukanya saja sudah eneg ingin muntah, ini belum diganti malah minta yg lain lagi. Apalagi ketika minta tolong Pak P ini membawa-bawa nama Bu D istri koordinator kantor Timika, Pak Y. Katanya Pak P ini sodaranya Bu D. Apa-apaan ini ? sungguh saya semakin jengkel dengan orang ini. Jujur, saya tidak kenal dengan orang yg dimaksut, bahkan saya bertemu Pak Y yang koordinator kantor saja jarang, makanya dalam hati saya marah. Permintaannya saya tolak, dan sejak saat itu dia tidak bicara lagi dengan saya.

Saya kecewa kawan, jujur saya kecewa. Kenapa ?
1. Dia tidak mengembalikan cincin kesayangan saya. Entah disengaja atau tidak, hanya Tuhan yang tau. Yang saya ingat adalah ketika dia pinjam dia berkata bahwa orang yang pinjam itu pasti nanti dikembalikan. Entahlah. Saat ini mentahan batu fosfor sudah susah sekali dicari. Kalaupun ada, harganya pasti mahal sekali karena banyak peminat. Kalaupun dapat yang murah, tidak mungkin bisa membuat cincin yang sama (secara emosional) dengan kenangan yang sama dengan cincin saya yang lama.
2. Dia membawa nama orang lain saat mengginginkan sesuatu dari saya. Tipe orang seperti ini yg saya benci. Karena kalau seseorang pinjam dengan kita, maka urusan penagihan bukan kepada kenalan yang dibawa saat meminjam, tapi kita menagih pada dia sendiri. Saya paling tidak suka dengan orang yang membawa-bawa nama orang lain untuk alasan yang menguntungkan dirinya sendiri.

Memang sepele, hanya sebuah cincin batu akik, tapi bagi saya, cincin ini memiliki kenangan yang berarti selama saya merantau di Timika. Cincin yang tidak akan sama persis meski dibuat kembali. Saya tau, mungkin saya terdengar lebay. Tapi bukankah masing-masing dari kita memiliki setidaknya satu 'benda kenangan' yang berharga dan ingin disimpan, Pasti punya kan ?

Cerita ini mengajarkan saya setidaknya 3 hal :
1. Jangan pernah percaya peminum miras. Meski dia masih sadar, tapi percayalah, otaknya sudah rusak oleh alkohol yang dia minum.
2. Jangan mudah percaya pada orang lain. Selalu waspada pada orang yang baru saja kita kenal. Meski orang itu adalah sahabat dari sahabat kita.
3. Ketika ada orang yang meminjam kepada kita, pastikan berapa lama dia pinjam, dan kapan akan dikembalikan. Hal ini penting, Sangat penting. Agar kita tidak menyesal.

Mohon maaf ya pembaca, saya tau ini murni masalah pribadi, saya hanya ingin berbagi saja kepada teman-teman. Siapa tau kita bisa mengambil hikmah dari kejadian ini dan saya jadi lega setelah saya cerita. Biarlah semua nama yang ada di cerita ini saya sensor, supaya tidak mencemarkan salah satu pihak. Nama yang ada di sini biar hanya saya, dan orang-orang terkait saja yang tau.

Saya tidak tau apakah saat ini saya sudah memaafkan Pak P atau belum, yang pasti akan sangat sulit untuk melupakan kejadian ini. Saya kebetulan teringat hal ini karena bulan depan saya akan pulang ke Jawa untuk melanjutkan studi dan ingin membeli oleh-oleh, dan tiba-tiba saja teringat. Saat saya tanyakan ke tempat batu akik, ternyata sudah tidak ada lagi batu fosfor.

Sekian Pembaca :)
Semoga ada manfaat yang bisa diambil dari pengalaman saya.